INSANI.. “Menuju Insan Maju Berkepribadian”

Jumat, 25 November 2011

Manajemen Stres

“MANAJEMEN STRES”
oleh : C.H Widayanti, S.Psi, M.Si. CHt.
           Stres merupakan bentuk tekanan yang dialami pada hampir semua orang, dari situasi yang sederhanapun dapat menyebabkan stress bagi sebagian orang meskipun pada orang lain hal tersebut tidak berarti sama sekali. Hal-hal yang menjadi penyebab stres atau sumber stres disebut sebagai stressor, stressor ini dapat berawal dari individu sendiri, keluarga, sekolah, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial.
          Stres dapat ditemukan pada hampir semua tingkatan usia, tetapi ada kategori usia yang rawan terhadap stres, seperti pada saat atau menjelang menopause dan usia diatas 50 tahun. Masing-masing individu ketika mengalami stres mereka akan melakukan reaksi yang berbeda-beda dan bentuk reaksi ini dapat muncul dalam mekanisme ego defens. Reaksi stres ini tergantung pada tipe kepribadian. Individu dengan kepribadian Tipe A rentan terhadap stres, dalam bertindak cenderung ragu-ragu, dan mengalami kecemasan (anxiety).  Sebaliknya individu dengan kepribadian Tipe B jarang mengalami stres, karena mereka cenderung mangabaikannya tetapi apabila stressor cukup kuat maka yang sering mucul adalah gangguan dari segi phisik.
          Terapi bagi individu yang mengalami stres ini tergantung  bagaimana karakteristiknya, apakah perfeksionis, ambisius atau pencemas. Individu yang perfeksionis lebih tepat mendapatkan terapi dengan membuat individu tersebut melakukan aktivitas diluar kebiasaannya. Si ambisius harus dapat membatasi motivasi yang cenderung terlalu menggebu dan rasionalisasi. Individu pencemas dapat lebih optimal terapinya dari pola pikir diri sendiri.
          Reaksi individu yang mengalami stres nampak pada mekanisme ego defens yang dapat diklasifikasilan dalam : reaksi rasionalisasi, emosional, dalam bentuk perilaku (seperti lari, pergi dsb), reaksi somatisasi (dalam bentuk fisiologis, seperti buang air kecil, keringat dingin, badan gatal dsb).
Ada beberapa tahapan stres secara garis besar, yaitu melalui :
  1. Tanda-tanda khusus, pada tiap individu tanda-tanda khusus ini berbeda. Ini dapat dilihat dari segi sosiologis, fisiologis maupun psikologis yang nampak diluar kebiasaan sehari-hari.
  2. Luaptasi, merupakan bentuk penyesuaian. Terlihat melalui adaptasi konkrit atau penyesuaian diri yang nyata.
  3. Exhaution, merupakan proses penyembuhan diri. Pada tahapan ini pendekatan pada individu mulai dilakukan, dan harus segera dilakukan evaluasi untuk proses penyembuhan.

Stres yang dialami oleh individu mengakibatkan sakit (sering kita dengar), hal ini termanifestasikan dalam bentuk gangguan psikis maupun phisik.
 1. Sakit secara psikis seperti neurotis dan psikotik. Individu yang mengalami neurotis tergolong memiliki kadar stres normal, kegiatan sehari-hari tetap dilakukan dan berjalan normal hanya secara emosional individu yang mengalaminya tidak dapat tersenyum, dsb.
2. Sakit secara phisik seperti psikosomatis atau psikosoma. Dalam batasan normal apabila gangguanya tidak sampai parah. Keringat dingin, buang air kecil berlebihan, sakit perut, gatal-gatal masih dalam kondisi normal apabila tidak terlalu berlebihan, apabila berlebihan dapat berakibat gangguan fatal, seperti sakit jantung, tekanan darah tinggi (hipertensi), liver, maag, dsb.  

          Cara mengatasi stress tersebut bervariasi dilihat dari tingkatan, jenis stress dan kapasitas individu dalam hal pemahaman, kepribadian dan ketahanan diri. Secara sederhana stress ini dapat diminimalkan bahkan disembuhkan melalui teknik-teknik terapi berikut ini :
1.     Mengubah sudut pandang.
Tahapan ini merupakan tahapan terapi yang dilakukan bagi individu yang mengalami stres ringan, melaui pengubahan pola pikir sehingga stressor dapat diminimalkan. Apabila sudut pandang tidak dapat diubah maka berlanjut pada tahap berikutnya.
2.    Relaksasi.
Teknik melakukannya dengan bersantai atau relaks, seperti rekreasi, melakukan hal-hal yang disenangi (hobby) dapat dilakukan secara rutin maupun situasional (sesuai kondisi dan keadaan).
3.    Suportif.
Terapi ini dilakukan oleh ahli terapi dengan psikoterapi yang disesuaian pada masing-masing individu. Terapi suportif dilakukan oleh ahli terapi, psikolog maupun psikiater apabila stress yang dialami cukup parah sehingga perlu konsultasi dengan ahli.
4.    Internist.
Terapi ini dilakukan pada individu dengan diagnosa psikosomatis. Individu yang mengalami psikosomatis bermula dari tumpukan stres yang dialaminya terpendam dan termanifestasikan dalam bentuk gangguan phisik. Terapi internist dilakukan oleh dokter dan psikiater.
5.    Manipulasi lingkungan.
Apabila penyebab stres (stressor) berasal dari lingkungan maka individu tersebut harus dilatih untuk beradaptasi dengan lingkungan, jika tidak dapat melakukannya maka individu tersebut harus pindah dari lingkungan tersebut.
6.    Agama.
Terapi agama jika dilakukan dari awal tidak akan menyebabkan stres berkepanjangan, tetapi biasanya kesadaran ini datangnya terakhir. Apabila berbagai terapi diatas tidak berhasil dilakukan maka yang paling tepat adalah pasrah atau pendekatan melalui sang pencipta dengan penuh keikhlasan. Terapis akan melakukan pendekatan ini jika berbagai cara tersebut diatas tidak berhasil dilakukan.

          Pepatah mengatakan “lebih baik mencegah dari pada mengobati”  ini juga akan selalu berlaku pada setiap kehidupan kita. Stres tidak akan datang berlarut apabila persoalan atau permasalahan yang dihadapi segera diselesaikan dengan baik. Sebagai penutup mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua berikut tips atau cara sederhana menyeselaikan permasalahan dengan baik:
1.     Lawan.
Lawan ini berarti hadapilah permasalahan dengan penyelesaian yang baik sampai teratasi. Jika mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah, mintalah bantuan pada orang terdekat yang dapat dipercaya (sahabat, keluarga atau ahlinya). 
2.    Flying.
Ketika ada permasalahan yang muncul dan kemungkinan tidak ada pemecahan yang baik atau bahkan dapat menimbulkan pertentangan ditiap pihak, maka hindarilah stressor tersebut.
3.    Penyesuaian diri.
Permasalahan yang tidak mungkin dihindari  yang menjadi stressor, segeralah lakukan adaptasi. Ikuti situasi dan kondisi yang ada tanpa melakukan pertentangan.